Sudah
dari tadi keningku berpeluh, musim kemarau kali ini menurutku musim kemarau
terpanas sepanjang hidupku, meskipun begitu musim kemarau kali ini juga
merupakan kenangan terindah. Alisya, kekasih yang sangat aku cintai itu bisa
menghabiskan waktu-waktunya hanya bersamaku, lelaki yang juga –kuharap– dicintainya.
“Dilangit
pasti sedang bocor. Kuyakin.” Ujarku memulai percakapanku dengan Alisya di
sebuah taman belakang sekolah.
“Ah,
masa’? Kalau pun bocor, harusnya hari ini hujan.” Ujar Alisya sembari menaruh
kepalanya di lenganku.
“Iya,
buktinya kamu jatuh dari langit.” Godaku.
“Ah,
Evan. Kautak pernah berubah. Selalu saja menggodaku.” Jawabnya dengan wajah
yang tersipu.
Keesokan
harinya sepulang sekolah hujan turun sangat deras. Rupanya kemarau sudah habis.
Kali ini aku tak melihat Alisya di kelasnya. Apakah Alisya sakit? Ah, tidak,
itu dia sedang menunggu hujan reda.
“Alisya.”
Teriakku dari jauh.
Bukannya
mendekatiku, Alisya malah pergi menghindar dan mengirimkanku pesan singkat.
“Jangan temui aku lagi. Kita putus. Kemarau sudah
habis.” Ujar Alisya dalam pesan
singkatnya.
Aku
heran, apa yang membuat Alisya berubah? Kemarau sudah habis? Apa hubungannya? Diam-diam
kubuntuti ia dari belakang. Rupanya ia menuju pantai yang letaknya tak jauh
dari sekolah. Ia berdiri dipinggir danau dan …
berubah menjadi putri duyung.