Waria tu Menyadarkanku
Pagi itu seperti biasa aku sibuk menyiapkan
diri untuk berangkat kuliah. Kampusku yang letaknya cukup jauh yakni berjarak
32 KM dari kotaku Palembang membuatku harus pagi-pagi sekali berangkat kuliah
agar tidak terlambat. Kebetulan hari itu ada mata kuliah Sastra Indonesia
Modern yang dimulai pada pukul delapan pagi dan beruntungnya sang dosen pun
memberikan toleransi keterlamabatan yaitu maksimal 35 menit. Jarak antara rumahku dan kampus sekitar satu
jam tiga puluh menit. Biasanya untuk menuju halte bus, aku selalu diantar oleh
Pamanku yakni adik dari ibuku. Setelah itu aku akan naik bus menuju kampusku
yang dapat ditempuh lebih kurang satu jam.
Setiap hari saat di dalam bus, aku akan
menghabiskan waktu dengan mendengarkan musik, membaca novel atau bahkan tidur di
dalam bus kalau tubuhku sudah kelelahan. Tidur di dalam bus bukan lagi suatu
keanehan bagi mahasiswa Universitas Sriwijaya kampus Indralaya karena dengan
begitu mahasiswa dapat beristirahat sejenak untuk melepas lelah dan saat di
kampus tidak merasakan kantuk lagi.
Saat sudah sampai di kampus, aku terus
melirik jam yang ada di ponselku karena takut waktu toleransi akan segera
habis. Benar saja, waktu sudah menunjukkan pukul 08.25, artinya aku hanya mempunyai
sisa waktu sepuluh menit agar aku tetap diperbolehkan masuk ke dalam kelas. Untuk
menuju ke kelasku, aku harus berjalan kaki, karena saat itu terlambat maka aku
harus berlari sekuat tenaga agar sampai
di kelas, waktu toleransi belum habis. Saat sudah sampai di kelas dosen
pun bertanya kepada teman-temanku apakah aku masih bisa masuk ke dalam kelas
atau tidak dan teman-teamanku pun menjawab bahwa waktunya pas 08.35. Aku pun
diperbolehkan masuk ke dalam kelas dan mengikuti mata kuliah seperti biasanya.
Sepulang kuliah aku menyempatkan diri
untuk pergi ku perpustakaan daerah bersama teman-temanku untuk membaca novel,
karena belum makan siang maka aku dan temanku pun memesan tekwan yakni makanan
khas Palembang yakni seperti pempek yang diberi kuah berwarna bening. Saat sedang
asyik makan siang, kami dikejutkan dengan adanya seseorang bertubuh dan
berwajah layaknya sorang perempuan, namun ternyata orang tersebut adalah waria
yakni laki-laki yang mempunyai wajah dan sifat seperti perempuan. Akan tetapi,
ada hal aneh yang membuatku iba terhadapnya. Ternyata waria tersebut sudah
cukup tua dapat diperkirakan umurnya sekitar 50-an dan dia bekerja sebagai
seorang pengamen jalanan.
Dandanannya yang menor dan wajahnya yang
mulai keriput dan bergelayut seperti bekas suntik silikon murah yang mudah
didapatkan disalaon-salon secara illegal membuat wajahnya tampak seram sehingga
membuat temanku ketakuatan tetapi berbeda denganku, aku justru kasihan
terhadapnya, seharusnya waria tua tersebut istirahat dan menghabiskan waktunya
dengan hidup normal seperti pria pada umumnya. Namun, apa boleh dikata, ia
melakukan pekerjaan tersebut untuk menghidupi kehidupan sehari-harinya. Hal ini
membuatku semakin sadar bahwa aku terkadang lupa bersyukur terhadap Allah atas
kenikmatan hidup yang telah diberi-Nya. Aku juga terkadang suka mengeluh atas
pekerjaan rumah yang sering orangtuaku perintah, padahal merekalah yang paling
berjasa dalam kehidupanku sejak aku dalam kandungan hingga sekarang.
Setiap hari aku menemui banyak orang yang
mungkin kehidupannya tak seberuntung aku, setiap itu jualah aku semakin sadar
bahwa aku semakin lupa bersyukur bahwa Allah telah memberikan apa yang aku
butuhkan. Kedua orang tua yang selalu menyayangiku, adik yang selalu membantuku
dan pamanku yang selalu mengantarku pergi ke halte untuk berangkat kuliah. Keadaan
ekonomi yang cukup pun mesti aku syukuri, setidaknya kami punya tempat tinggal
sendiri meskipun terkadang hasil dari usaha dagang sepatu orang tuaku kadang laku
kadang tidak.
Aku bangga terhadap orangtuaku yang masih
bisa menyekolahkanku hingga ke perguruan tinggi. Aku berjanji akan belajar
dengan sungguh-sungguh agar tidak mengecewakan kedua orang tuaku yang dengan
peluh keringat yang mengucur demi tercapainya cita-citaku dihari kelak.
wah ikutan sedih sm warianya, toh masih banyak pkerjaan lain
BalasHapuskasian sama waria itu :'( dan juga salut buat kamu yang menempuh jarak lumayan jauh untuk belajar
BalasHapus